Raja Muna XVI - La Ode Husaini gelar Omputo Sangia ( 1716-1767 )
Pada Pemerintaha Raja La Ode Huseni ( omputo sangia ) terjadi reformasi pada struktur pemerintahan dan struktur masyarakat. Tuajuannya adalah agar setiap golongan mempunyai andil dan fungsi dalam roda pemerinttahan. Selain itu dimaksudkan akan roda pemerintahan dapat berjalan secara efektif.
Perangkat Pejabat Kerajan Muna pada masa Raja La Ode Husaini adalah :
Dari golongan Kaomu berjumlah 20 orang yaitu;
Raja Muna
Dua orang kapita lau
Bobata 8 orang
Barata 4 orang
Kino Agama 1 orang
Imamu 1 orang
Hatibi 2 orang.
Sedangkan Pejabat Kerajaan dari golongan Walaka berjumlah 10 orang yaitu;
Banto balano 1 orang ( Perdana Menteri )
Mintarano bhitara 1 orang ( Mahkama Agung )
Koghoerano 4 orang ( Kepala Pemerintahan Wilayah )
Mowano Lindo empat Orang ( Kepala Pemerintahan Kampung )
Perangkat Pejabat dalam Kerajaan khusunya golongan Lindo dan Fitu Bangkauno berjumlah 7 orang. Perangkat kerja Raja Muna khususnya Wawono Liwu bwrjumlah 3 orang. Mitra kerja raja muna yang mengatur dan di atur disebut manusia awal.
Di masa pemerintahan Raja Muna La ode Huseni, dalam tatanan adat istiadat masyarakat Muna yang menyangkut soal akad nikah di tetapkan mahar menurut golongan masing-masing sebagai berikut;
Þ Untuk maharnya goloangan Kaomu 20 boka.
Þ Mahar golongan Walaka 10 boka 10 suku.
Þ Maharnya Lindo dan Fitu Bengkauno 7 boka 2 suku;
Þ Maharnya Wawono Liwu 3 boka 2 suku
Inilah hubungan antara golongan yang sukar dipisakan dan dihilangkan karena mempunyai hikmah yang mengadung makna menjurus pada poadha-adhati, poangka-angkatao, popia-piara dan pomao-maoloho, yang menjadi landasan idiologi SOWITE.
Karena jasanya dalam menyempurnakan struktur Kerajaan, masyarakat dan adat tersebut, dikalangan masyarakat Muna La Ode Husaini di kenal sebagai “ Nembali Kolakino Wuna Nofotoka Bhesarano. Poentauno Alamu Popano, Malaikati Popano,Bhe Badhano Manusia, Bhewite”. Yang artinya kira-kita La Ode Huseni dinobatkan menjadi Raja Muna lengkap dengan skturtur pemerintahan serta perangkat-perangkat jabatan yang semua bernuansa religius atau ke agamaan. Yakni agama Islam.
Pada tahun 1910 pemerintah Kolonial Belanda berhasil menguasai Kerajaan Muna. Akibatnya tatanan kehidupan social ekonomi kemasyarakatan Muna mengalami kesenjangan. Namun demikian Semangat “ Koemo Bhada Sumamo Liwu, Koemo Liwu Sumamo Sara, Koemo Sara Semanumo Adhati, Koemo Adhati Sumanomo Agama” terus berkobar dalam jiwa setiap masyarakat Muna. Hal ini dapat dilihat dari terus dikobarkannya semangat perlawanan oleh seluruh masyarakat sampai Indonesia merdeka.
Bukti lain dari besarnya api semangat yang dimiliki masyarakat Muna adalah dimana hingga saat ini tatanan adat istiadat menurut golongan masing-masing masih tetap terpelihara di Masyarakat Muna walaupun sebahagian masyarakatnya tergolong modern dan berpendidikan tinggi. Bahkan walaupun mereka menjadi pejabat tinggi di pemerintahan tetapi semangat memelihara tatanan adat istiadat dalam jiwa mereka tidak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.
No comments:
Post a Comment
Kami mengundang anda untuk memberikan komentar terhadap artikel yang ada di blog ini termasuk kritikan dan saran dengan syarat tidak menyinggyng masalah suku,agama dan ras tertentu.
Konten dalam komentar bukan menjadi tanggungjawab admin
Salam