INGIN
berwisata dengan suasana berbeda, unik, menarik, eksotik, jawabannya
hanya ada di Muna. Kota kecil di kepulauan Provinsi Sulawesi Tenggara
(Sulteng). Sejumlah destinasi primadona ditawarkan ke wisatawan. Sayang
lemahnya promosi dan publikasi, membuat destinasi Muna terpinggirkan,
terlupakan dari peta pariwisata Indonesia. Padahal potensinya luar
biasa.
Luar Biasa lantaran obyek wisata di Muna, tidak ditemukan di daerah
lain apalagi di belahan dunia. Seperti Gua Liang Kobori atau gua
bertulis di Desa Liangkabori Kecamatan Lohia, yang jaraknya sekitar 12
kilometer dari ibukota Muna. Dengan kondisi geografis alamnya yang
menantang berupa karang atoll, batuan karst, panorama alam yang masih
hijau perawan, ternyata di kawasan ini terdapat 21 gua, yang unik dan
menarik.
Gua Liang Kobori memiliki lebar 30 meter, tinggi 5 meter dengan
kedalaman 50 meter ini, menyimpan berbagai misteri peradaban kehidupan
manusia zaman dulu, dulu kala. Bahkan kehidupan masa lalu, tergambar
jelas di dalam dinding gua yang dihiasi berbagai relief lukisan tangan
peninggalan purbakala dari peradaban neolitik. Ada lebih dari 130
goresan tangan berwarna merah dengan motif perahu, bintang, orang
bermain layang-layang, orang menari, orang sedang berburu rusa, seorang
menaiki seekor gajah, gambar matahari, gambar pohon kelapa , gambar
binatang ternak seperti sapi, kuda dan masih banyak gambar relief
lainnya.
Goresan-goresan itu masih orisinil, utuh, terawat dan terjaga jangan
sampai dirusak tangan-tangan jahil. Bahkan, bentuk dan kecemerlangan
warnanya hingga kini masih menjadi misteri, terutama bahan tinta yang
digunakan manusia purba dalam melukis di dinding gua. Budayawan Muna,
Landoles mencermati lukisan relief itu menggunakan bahan tanah liat
dicampur getah pohon, yang melekat di sekitar gua. Kuasnya menggunakan
sejenis alang-alang yang diikat menyerupai kuas.
Daya tarik lain di dalam gua, terdapat terowongan alami sepanjang 20
meter. Didalamnya terdapat stalaktif bahkan tetesan air dari atap gua,
yang menetes setiap detik sehingga menimbulkan bunyi dentingan air yang
memukau. Warna langit-langit gua juga khas, agak kehitam-hitaman bekas
mirip bekas perapian manusia purba, untuk mengusir hawa dingin dan
tempat memaksa.
Selain wisata gua, Muna juga punya Danau Laut Napabale yang
menakjubkan. Keunikan alam ini karena air laut terjebak cincin karang
yang akhirnya membentuk cawan. Air berkubang luas dilingkari bukit-bukit
karang yang tinggi dan terjal. Bukit rimbun menghijau nan kokoh seperti
benteng penjaga napabale yang mirip lukisan vagina alam. Napabale yang
terletak di tebing tinggi Lohia, dekat pantai dengan pemandangan Selat
Buton. Dari kejauhan, nampak air laut mengalir lewat gua-gua kecil di
kaki bukit karang. Ada tiga karang besar yang ditumbuhi pepohonan liar.
Bentuknya seperti tube fallopi, dan tempat ini menjadi lorong jutaan
berbagai spesies ikan laut yang hidup di Selat Buton.
Danau ini juga ada terowongan alami di bawah kaki bukit yang
menghubungkan danau Laut Napabale dengan lautan di Selat Buton. Panjang
terowongan kurang lebih 50 Meter dan Lebar sekitar 15 Meter. Untuk
melintasi terowongan itu, harus menunggu air laut surut karena jika air
pasang, terowongan Napabale tertutup air. Dari terowongan gua karang
bisa berjalan kaki sambil menikmati batuan karang stalakmit dan
stalaktik yang eksotik. Terowongan itu menuju tepi pantai yang
pemandangannya begitu indah serta hamparan pasir yang bersih alami.
Obyek wisata lain yang tak kalah menarik, batu berbentuk kapal di
Raha. Menurut cerita batu itu berasal dari kapal Sawerigading yang
terdampar dan akhirnya membatu. Selain itu, bagi yang gemar Diving bisa
menyelam di laut dalam sambil mencari uang logam, benda antik
peninggalan kapal asing yang tenggelam ratusan tahun yang lampau.
Destinasi lain, Air Terjun Kalima-lima yang memiliki ketinggian 30
meter. Juga ada Danau Montonuno yang airnya jernih yang dikeliling hutan
yang alami.
Yang tak kalah menarik, ada layang-layang tradisional peninggalan
sejarah yang masih terawat baik. Keunikan layangan ini terbuat dari
bahan alami seperti, daun kolope dari tumbuhan ubi hutan, bambu rami dan
benang yang terbuat dari serat nanas hutan. Bentuk layang-layang ini
mirip dengan relief yang tergores pada dinding gua liang kobori.
Selain itu Muna punya atraksi adu kuda. Pogeraha Adara atau adu
kekuatan kuda ini sudah lama melekat di masyarakat Muna, sudah menjadi
bagian kebudayaan yang tak pernah ditinggalkan. Setiap tahun sedikitnya
tiga kali atraksi Adu Kuda digelar di lapangan terbuka Kecamatan Lawa,
sekitar 20 km dari Raha, kota Kabupaten Muna.
Atraksi menarik peninggalan raja-raja Muna di era pergerakan. Masa
lalu, adu kuda dipertontonkan oleh Raja-raja Muna jika kedatangan tamu
penting dari Jawa atau daerah lain. Pertunjukan adu kuda itu dimaksudkan
sebagai penghormatan kepada tamu. Kini digelar secara rutin bertepatan
hari-hari besar.
Atraksi ini dimulai dengan memunculkan kuda-kuda betina yang dipimpin
seekor kuda jantan yang berbadan besar dan garang. Di tempat lain,
dimunculkan juga seekor kuda jantan yang fisiknya sama besar. Kuda
jantan itu akan segera berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina
yang ada di tempat terpisah. Sementara kuda jantan yang ditugasi
memimpin sejumlah kuda betina, pasti marah jika melihat kuda jantan
asing dalam kelompoknya. Dalam posisi seperti itulah peristiwa
pertarungan kuda terjadi. Sungguh menarik.
Jika ingin ke Muna, lebih baik bulan Juni karena Pemerintah Daerah
bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan menggelar
Festival Layang-layang Internasional, yang dihadiri pengemar layangan
dari penjuru tanah air, juga mancanegara seperti Malaysia, Singapura,
Filipina, Amerika Serikat, Jepang, Korea, bahkan Jerman. ”Kami akan
terus gencar mempromosikan Muna, karena selama ini obyek wisata Muna
belum terpubliksasi. Kewajiban kami untuk menggairahkan destinasi Muna,”
kata Suriansyah Siregar, Kasubdit Promisi Tujuan Wisata III Depbudpar
(endy poerwanto)
Diambil dari :
http//wisatanews.indonesiatravel.biz
SYARIFUDDIN UDU SOLUSI UNTUK MUNA 2020-2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Baca juga :
Korte Verklering Antara Belanda dan Buton 8 April 1906
Berikut kami postkan Korte Verklering tanggal 8 April 1906 yang ditanda tangani oleh Sultan Buton Muhammad Asyikin dan perwakilan Pem...
No comments:
Post a Comment
Kami mengundang anda untuk memberikan komentar terhadap artikel yang ada di blog ini termasuk kritikan dan saran dengan syarat tidak menyinggyng masalah suku,agama dan ras tertentu.
Konten dalam komentar bukan menjadi tanggungjawab admin
Salam