Saya adalah orang Muna, dan kami orang muna punya kebiasaan yang menurut saya berbeda dengan suku kebanyakan dinegeri ini dalam Hal menyambut Puasa dan Lebaran, suku muna merupakan salah satu suku yang berada di Pulau sulawesi, lebih tepatnya ada diKabupaten Muna Sulawesi Tenggara, tepat di Kaki paling depan di Pulau Sulawesi yang berbetuk huruf K
Orang muna dalam menyambut Ramadhan dan Bulan Syawal, Khususnya dalam hal makanan, kalau di Pulau Jawa (menurut pengalaman di Jawa Timur) makanan awal puasa merupakan makanan yang sehari-hari dimakan oleh keluarga itu, sedangkan kami orang Muna makanan yang kami sediakan cukup bervariasi, ada ayam dengan bumbu, daging kambing atau sapi dan sayurnya pun sayur yang hanya disediakan untuk menyambut hari-hari penting, yaitu “Sayur Konduru dengan gulai kelapanya” pasti belum pernah dengar, Nasinya pun diganti dengan “Lapa-Lapa” yang dibuat dengan porsi yang banyak yang cukup dimakan untuk seminggu lebih.
Untuk menyambut Ramadhan dan Lebaran Tiap keluarga di Suku kami pasti melakukan prosesi “Baca-baca” yaitu sebutan kami untuk Syukuran bagi orang kebanyakan, tetapi dalam prosesi “Baca-baca” kami sempatkan mengirim do’a untuk keluarga kami yang sudah meninggal yang pada tahun itu tidak bisa mengikuti Puasa dan Lebaran, biasanya nama-nama keluarga yang sudah meninggal dalam prosesi itu bisa sampai Tujuh tingkatan diatas kami, di mulai dari kakek-kakek-kakeknya Buyut Kami dimana Makanan yang sudah disediakan sejak pagi itu tidak boleh disentuh oleh keluarga atau siapapun sebelum prosesi “Baca-baca” dilakukan sehingga apabila Baca-baca belum dilakukan maka kami hanya bisa menahan ngiler karena apabila disentuh maka kami pasti dimarahin oleh Bapak dan Ibu Kami dengan alasan yang sungguh bagi kami bahwa itu bukan alasan yang logis tapi menyentuh, orang tua kami selalu memarahi kami dengan kata-kata yang intinya ” saudaramu yang sudah meninggal yang gak bisa kut puasa dan lebaran itu aja belum dibaca-bacain kamu sudah main ambil makanan aja” begitulah, bagi kami orang Muna, “Baca-baca” di Bulan Puasa dan Lebaran merupakan tradisi penghubung kami dengan kerabat kami yang sudah tidak bisa berpuasa dan berlebaran bersama kami lagi..
Nah untuk Prosesi “Baca-Baca” ini dipimpin oleh “MODHI” yaitu semacam Juru Doa yang biasanya dalam satu kampung banyak mempunyai Modhi-modhi yang memang khusus mempunyai keahlian sebagai Juru Do’a, Bahkan dalam beberapa keluarga yang kaya mempunyai Modhi Khusus semacam MODHI KELUARGA yang untuk keluarga itu sendiri sehingga untuk keluarga tersebut setiap acara baca-baca pasti dipimpin oleh Modhi tersebut, nah setiap menjelang Puasa dan lebaran (biasanya Malam Pertama Puasa dan Malam Lebaran ) modhi-modhi inipun bergerilya mengelilingi desa, dengan hanya modal Tasbih dan Hafalan doa-doa untuk orang yang meninggal dan doa untuk kebaikan mereka mengais rezki, sehingga dengan apabila Modhi itu Laris manis diundang untuk memimpin Baca-baca dibanyak keluarga dikampung, yakinlah dia pasti banyak mendapat Uang tambahan untuk Puasa atau Lebaran esok harinya..bahkan untuk Modhi ini “Berkat” yang dibawa pulang pun lebih baik dari peserta lain yang ikut baca-baca, tapi tergantung dengan kemampuan yang empunya rumah yang mengundang Modhi tersebut.
Begitulah Tradisi kami sebagai orang Muna untuk Menyambut Puasa dan Lebaran
Salam Kompasiana
Muhamad Hazairin
Sumber : kompasiana.com
No comments:
Post a Comment
Kami mengundang anda untuk memberikan komentar terhadap artikel yang ada di blog ini termasuk kritikan dan saran dengan syarat tidak menyinggyng masalah suku,agama dan ras tertentu.
Konten dalam komentar bukan menjadi tanggungjawab admin
Salam