La Ode Irham, Ketua GSM Sultra |
Mataharinews.com, Kendari – Rencana pemerintah Kota Kendari
untuk melakukan reklamasi Teluk Kendari yang berkedok revitalisasi, ternyata
meresahkan banyak masyarakat Kota itu, terutama
yang tinggal dan menggantungkan sumber penghidupannya di sekitar Teluk Kendari.
Hal itu terungkap dari investigasi yang dilakukan Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia ( Walhi ) Sulawesi Tenggara bekerja sama dengan
komunitas Mahasiswa Tehnik Universitas Haluole Kendari yang tergabung dalam
Green Student Moveman ( GSM ) Sultra.
Ketua GSM Sultra La Ode Irham mengatakan, dari hasil
investigasi yang dilakukan oleh GSM, terungkap ada sekitar seribuan masyarakat
yang tersebar dari 5 kelurahan yang bermukim dan
menggantungakan mata pencahariannya di sekitar Teluk Kendari akan merasakan
dampak dari reklamasi Teluk Kendari. Mereka itu adalah Pedagang Kaki Lima ( PKL
), nelayan budi daya rumput laut, nelayan tangkap dan nelayan kerambah serta
home industry yang dikelola oleh para ibu rumah tangga.
Umumnya masyarakat yang diwawancarai kata Irham, mengaku
resah akan kehilangan mata pencaharian apabila rencana reklamasi Teluk Kendari
benar-benar dilaksanakan oleh Pemkot Kendari. Untuk itu mereka siap
bersama-sama dengan mahasiswa dan Walhi untuk melakukan penolakan terhadap
rencana tersebut. Alapagi areal reklamasi tersebut akan diserahkan pada
investor dan prosesnya tidak pernah melibatkan masyarakat.
“ Kami siap akan melakukan penolakan, sebab kalau reklamasi
tersebut berhasil, pasti kami tergusur dan termaginal “ cetus Ifham mengutip
pernyataan warga yang diwawancarai.
Yang paling resah lanjut Irham adalah para PKL dan nelayan
tangkap, nelayan budidaya rumput laut serta ibu-ibu rumah tangga yang
mengelolah home industry. Para PKL sudah dapat menduga, bila Teluk Kendari di
kelola oleh investor, maka mereka tidak dapat lagi menggelar dagangannya di sekitar teluk.
Hal yang sama juga dirasakan oleh nelayan tangkap dan
budidaya rumput laut. Kalau Teluk Kendari di timbun, perahu-perahu para nelayan
sudah tidak dapat lagi menambat perahu miliknya di dekat rumah mereka. Padahal
tingkat pencurian terhadap perahu nelayan cukup tinggi.
“ Di tambat dekat rumah saja mereka sering kehilangan perahu,
bagai mana kalau tambatannya jauh dari rumah mereka “ ungkap Irham
menggambarkan keresahan masyarakat yang diwawancarai.
Demikian juga dengan nelayan budidaya rumput laut, kalau
teluk di reklamasi, berarti mereka itu akan kehilangan areal budidaya para
nelayan. Itu sama artinya, dengan reklamasi tersebut yang hanya menguntungkan
segelintir orang, namun menyensarakat banyak masyarakat.
Sementara itu Direktur Eksekutif Walhi Sultra Susianti Kamil
mengatakan, kalau masalah pendangkalan yang menjadi argumentasi pemerintah
untuk merevitalisasi Teluk Kendari, maka solusinya bukan reklamasi, tetapi menyelesaikannya harus dari
hulunya.
Karena keberadaan
Teluk Kendari menyangkut dua kabupaten /kota atau lebih kata Susi, maka tanggungjawab
ini ada pada Gubernur Sultra. Gubernur
dapat berinisiatif untuk mempertemukan para kepalah daerah untuk membicarakan
penyelesaiannya. Misalnya membuat dam-dam penampung lumpur di das-das sungai
yang mengarah di Teluk Kendari. Kalau
pendangkalan Teluk Kendari selama ini sudah parah, maka pemerinta Kota dapat
melakukan pengerukan, bukan reklamasi.
Menurut Susi, bicara masalah penyelamatan ekologi, bukan
masalah jangka pendek, tetapi masalah jangka panjang. Untuk itu perlu ada
keterlibatan berbagai pihak terkait dalam hal ini termasuk masyarakat disekitar
lokasi. Dari konsidi yang seperti dimana rencana revitalisasi yang terkesan dipaksakan
dipaksakan, Susi menilai niatan Wali Kota bukan bertendensi untuk menyelamatkan
Teluk Kendari, tapi sebagai balas budi terhadap investor yang telah
berinvestasi saat Pilwali kemarin.
“ Rencana Reklamasi, bukan menyelamatkan Teluk Kendari tetapi
masalah investasi, seperti yang diakui sendiri oleh Wali Kota Kendari di salah
satu media beberapa waktu yang lalu.” Tegas Susi.
Ketika ditanya mengapa melibatkan mahasiswa dalam investigasi
dampak yang akan ditimbulkan oleh reklamasi, Susi dengan santai menjawab, bahwa
tanggungjawab terhadapa kelestarian lingkungan bukan saja tanggungjawab Walhi
semata tetapi tanggungjawab semua eleman masyarakat termasuk mahasiswa. Apalagi
suatu gerakan bisa akan berhasil
maksimal dila dilakukan secara sinergi antara mahasiswa dan masyarakat.
“ Gerakan sejati adalah sinergisnya antara gerakan masyarakat
dengan maahasiswa “ tutup Susi. ( MA)
No comments:
Post a Comment
Kami mengundang anda untuk memberikan komentar terhadap artikel yang ada di blog ini termasuk kritikan dan saran dengan syarat tidak menyinggyng masalah suku,agama dan ras tertentu.
Konten dalam komentar bukan menjadi tanggungjawab admin
Salam