SYARIFUDDIN UDU SOLUSI UNTUK MUNA 2020-2025

SYARIFUDDIN UDU SOLUSI UNTUK MUNA 2020-2025

06 December 2010

ORANG MISKIN DILARANG SAKIT

Berbekal Jamkesmas, Tak Dapat Pelayanan

Wafiq Azizah berjuang melawan penyakit hydrocephalus sejak dalam kandungan. Saat di kandungan itu pula, dia ditinggalkan sang ayah yang tak ingin mengakuinya anak.
Wafiq pun sisa mendapat kasih sayang ibu dengan hydrocephalus terus menggerogoti.

Ishak Junaidy, Kendari

Wafiq lahir 6 Juli 2010, buah hati pasangan Asrianti dan Andri. Keduanya warga Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sultra. Wafiq lahir dengan benjolan kecil di belakang kepala.

Dia menderita hydrocephalus. Penyakit ini terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

“Sejak lahir memang sudah tidak normal seperti bayi pada umumnya. Kepalanya besar sementara tangan dan kaki agak kecil,” tutur Asrianti kepada Kendari Ekspres, akhir pekan lalu.

Waktu sakit akibat melahirkan sedikit membaik, Asrianti membawa bayinya yang saat itu masih berusia 10 hari ke RSUD Sultra untuk diketahui apa masalahnya. Dia melakukannya sendiri karena Andri, suaminya, tidak diketahui di mana rimbanya.

“Kita belum sempat menikah karena setelah diminta pertanggungjawaban dia lari,” ungkapnya. Perut Asrianti sudah berisi waktu Andri menghilang pada November 2010 silam. Persisnya memasuki bulan kedelapan masa berpacaran keduanya sejak bertemu pandang pada Februari 2010.

Andri pernah menjadi honorer sebagai Pol PP di Konsel namun belakangan memutuskan keluar. Asrianti sendiri tidak punya pekerjaan tetap. Sewaktu lajang, dia pernah bekerja sebagai perias pengantin, namun setelah hamil terlebih saat melahirkan, Asrianti praktis tidak bisa bekerja.

Ia masih tinggal di rumah orangtuanya di Desa Onembute, Kecamatan Besulutu, Konsel. “Saya dan Wafiq tidak pernah dinafkahi Andri. Selama ini pembeli susu dikasih adik saya, biasanya juga sepupu,” tuturnya.

Wafiq minum susu formula karena tidak bisa disusui lewat air susu ibu (ASI). “Pertamanya dia tetek. Tapi kapan saya gendong, saya sentuh belakangnya, dia pasti menangis kesakitan. Akhirnya saya tidak kasih tetek, saya kasih minum di dot,” katanya.

Seperti saat berangkat ke Kendari, sewa mobil diberi orangtuanya. “Sewa mobil Rp 7.500. Dikasih mama Rp 10 ribu,” kenangnya. Berbekal kartu Jamkesmas, Asrianti nekat memeriksakan anaknya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sultra. “Mereka tidak bisa melayani karena harus ada surat rujuk dari Puskesmas. Pihak rumah sakit menyarankan ambil saja surat rujuk di Puskesmas Puuwatu,”tuturnya.

Wafiq sempat diopname. Meski demikian, dia tidak pernah mendapat diagnosa yang memadai. “Dokter tidak periksa. Dia bilang apanya mau diperiksa penyakitnya sudah kelihatan, itu kepalanya membesar,” Asrianti mengutip ucapan seorang dokter RSUD Sultra.

Setelah seminggu, Asrianti disuruh membawa pulang anaknya untuk dirawat di rumah sampai beratnya mencapai 4-5 kilogram sehingga bisa dioperasi. Jika penyakitnya ternyata tidak bisa ditangani RSUD Sultra, pihak RS mengusulkan dibawa ke Makassar. Bila diberi umur panjang, Wafiq Azizah genap berusia lima bulan hari ini. *

No comments:

Post a Comment

Kami mengundang anda untuk memberikan komentar terhadap artikel yang ada di blog ini termasuk kritikan dan saran dengan syarat tidak menyinggyng masalah suku,agama dan ras tertentu.
Konten dalam komentar bukan menjadi tanggungjawab admin
Salam

Baca juga :

Korte Verklering Antara Belanda dan Buton 8 April 1906

Berikut kami postkan Korte Verklering tanggal 8 April 1906 yang ditanda tangani oleh  Sultan Buton Muhammad Asyikin dan perwakilan Pem...